TAHAPAN PENANGGULANGAN DISIPLIN KELAS
MANAJEMEN KELAS DI SD
Ke 12
Tentang
TAHAPAN PENANGGULANGAN DISIPLIN KELAS
TAHAPAN PENANGGULANGAN DISIPLIN KELAS
Oleh :
NURFIANI DWI PUTRI
1620215
7.6
Dosen Pengampu :
Yessi Rifmasari, M.Pd
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ADZKIA
PADANG
2019
A. Tindakan Prefentif
Menurut Rachman (1997) Tindakan preventif
(pencegahan) adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang
menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya
pembelajaran. Upaya ini dilakukan dengan pemberian pengaruh yang positif
terhadap individu serta dengan menciptakan suasana lingkungan sekolah, termasuk
pengajaran yang menyenangkan.
Keberhasilan dalam tindakan preventiF
(pencegahan) merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas.
Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah manajemen kelas
harus melakukan langkah-langkah yang efektif dan efisien untuk jangka pendek
maupun jangka panjang.
Menurut Rachman (dalam Tim Dosen
Administrasi Pendidikan, 2012: 119) mengemukakan langkah-langkah Tindakan
Preventif (pencegahannya) sebagai berikut:
1. Peningkatan
kesadaran diri sebagai guru
Sikap guru terhadap kegiatan profesinya akan
banyak mempengaruhi terciptanya kondisi belajar mengajar atau menciptakan
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar.
Oleh karena itu, langkah utama dan pertama yang
strategis dan mendasar dalam kegiatan pengelolaan kelas adalah
"Peningkatan kesadaran diri sebagai guru.” Apabila seorang guru sadar akan
profesinya sebagai guru pada gilirannya akan meningkatkan rasa tanggung jawab
dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru
akan tampak dalam sikap guru yang demokratis tidak otoriter, menunjukan
kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa. Sikap demikian pada akhirnya
akan menumbuhkan atau menghasilkan reaksi serta respon yang positif dari siswa sekolah
dasar.
2. Peningkatan
kesadaran siswa
Meningkatkan kesadaran diri sebagai guru tidak
akan ada artinya tanpa diikuti meningkatnya kesadaran siswa sebab apabila siswa
tidak atau kurang memiliki kesadaran terhadap dirinya tidak akan terjadi
interaksi yang positif dengan guru dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Pada
akhimya dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka belajar mengajar.
Kurangnya kesadaran siswa terhadap dirinya ditandai dengan sikap yang mudah
marah, mudah tersinggung, mudah kecewa, dan sikap tersebut akan memungkinkan
siswa melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji.
Untuk menanggulangi atau mencegah munculnya
sikap negatif tersebut guru harus berupaya meningkatkan kesadaran siswa melalui
tindakan sebagai berikut:
a. Memberitahukan
kepada siswa tentang hak dan kewajiban siswa sebagai anggota kelas.
b. Memperhatikan
kebutuhan dan keinginan siswa.
c. Menciptakan
suasana adanya saling pengertian yang baik antara guru dan siswa.
3. Sikap
Polos dan Tulus dari Guru
Guru dituntut untuk bersikap polos dan tulus,
artinya guru dalam tindakan dan sikap keseharian selalu "Apa adanya"
tidak berpura-pura. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi
lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi, dan tindakan guru
merupakan stimulus yang akan direspon dan diberikan reaksi oleh para peserta
didik. Kalau stimulus itu positif maka respon yang diberikan juga akan positif.
Sebaliknya jika stimulus yang diberikan negatif maka respon yang diberikan
adalah negatif.
Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan
dan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru akan memungkinkan terjadinya
interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik. Tindakan dan
sikap demikian akan memberikan rangsangan positif bagi siswa, khususnya siswa
sekolah dasar dan siswa akan memberikan respon atau reaksi positif. Penciptaan
suasana sosioemosional di dalam kelas akan banyak dipengaruhi oleh polos
tidaknya dan tulus tidaknya sikap guru yang pada gilirannya akan berpengaruh
penciptaan kondisi lingkungan yang optimal dalam rangka proses belajar
mengajar.
4. Mengenal
dan menemukan alternatif pengelolaan
Langkah ini mengharuskan guru agar mampu:
a. Mengidentifikasi
berbagai penyimpangan tingkah laku siswa yang bersifat individual atau
kelompok. Termasuk di dalamnya penyimpangan yang sengaja dilakukan
siswa sekolah dasar yang tujuannya hanya sekedar untuk menarik
perhatian guru atau teman-temannya.
b. Mengenal
berbagai pendekatan dan pengelolaan kelas dan menggunakan sesuai dengan situasi
atau menggantinya dengan pendekatan lain yang telah dipilihnya apabila pilihan
pertama mengalami kegagalan.
c. Mempelajari
pengalaman guru-guru lainnya baik yang gagal atau berhasil sehingga dirinya
mempunyai alternatif yang bervariasi dalam berbagai problem
pengelolaan manajemen kelas di sekolah dasar.
5. Menciptakan
"kontrak sosial"
Kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan
"Standar tingkah laku" yang diharapkan dan memberikan gambaran
tentang fasilitas beserta keterbatasannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan
sekolah. Dengan kata lain "Standar tingkah laku yang memadai dalam situasi
khusus".
Suatu persetujuan umum tentang bagaimana
sesuatu dibuat, tindakan sehari-hari yang bagaimana yang diperbolehkan. Standar
tingkah laku ini tidak membatasi kebebasan siswa akan tetapi merupakan tindakan
pengarahan ke arah tingkah laku yang memadai atau yang diharapkan dalam
beberapa situasi.
Standar tingkah laku harus melalui
"Kontrak sosial" dengan siswa. Dalam arti bahwa aturan yang berkaitan
dengan nilai atau norma yang turun dari atasan (guru/sekolah) tidak timbul dari
bawah akan mengakibatkan aturan tersebut kurang dihormati atau ditaati,
sehingga perumusannya perlu dibicarakan atau disetujui bersama oleh guru dan
siswa.
Yang dilakukan dalam usaha
preventif (Pencegahan) di lingkungan sekolah antara lain:
1. Memberikan bimbingan
2. Mengadakan hubungan baik
dengan orangtua murid dengan sekolah sehingga ada saling pengertian
3. Memberikan motivasi belajar pada
siswa
4. Mengadakan pengajawan
ekstrakurikuler
5. Memantau perkembangan anak
Contohnya:
1. Guru menasihati murid agar tidak
terlambat datang ke sekolah.
2. Tindakan orang tua membatasi anaknya
yang di bawah umur dalam menggunakan gadget, merupakan tindakan preventif agar
si anak tidak kecanduan bermain gadget.
B. Tindakan
Kuratif
Tindakan kuratif (penyembuhan)
adalah tindakan yang diambil setelah terjadinya tindak penyimpangan sosial.
Tindakan ini ditujukan untuk memberikan penyadaran kepada para pelaku
penyimpangan agar dapat menyadari kesalahannya dan serta mampu memperbaiki
kehidupannya, sehingga di kemudian hari tidak lagi mengulangi kesalahannya.
Dalam kegiatan memanajemen kelas,
pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peserta didik atau sejumlah peserta
didik perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual
maupun secara kelompok.
Menurut Johar Permana (dalam Abdul Majid
2013:122) mengemukakan ada 5 langkah-langkah kegiatan Tindakan Penyembuhan
(Kuratif) yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
masalah
Pada langkah pertama ini guru melakukan
kegiatan untuk mengenal atau mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam
kelas. Dari masalah-masalah tersebut guru harus dapat mengidentifikasi
jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui siswa yang melakukan penyimpangan
tersebut.
2. Menganalisa
masalah
Pada langkah kedua ini, kegiatan guru adalah
berusaha untuk menganalisa penyimpangan tersebut dan menyimpulkan latar belakang
dan sumber dari pada penyimpangan itu. Setelah diketahui sumber penyimpangan
guru kemudian melanjutkan usahanya untuk menentukan alternatif-alternati
penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan tersebut.
3. Menilai
alternatif-alternatif pemecahan, menilai dan melaksanakan salah satu alternatif
pemecahan
Pada langkah ketiga ini, kegiatan yang
dilakukan adalah memilih alternatif berdasarkan sejumlah alternatif pemecahan
masalah yang telah disusun. Artinya alternatif mana yang paling tepat untuk menanggulangi
penyimpangan tersebut.
4. Melaksanakan
alternatif yang telah ditetapkan
Setelah ditetapkan alternatif yang tepat maka
langkah selanjutnya adalah melaksanakan alternatif tersebut.
5. Mendapatkan
balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimaksud.
Langkah ini didahului dengan
langkah monitoring yaitu kegiatan untuk mendapatkan data yang merupakan balikan
untuk menilai apakah pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih telah
mencapai sasaran sesuai dengan yang direncanakan atau bahkan terjadi perkembangan
baru yang lebih baik, semua ini merupakan dasar untuk melakukan perbaikan
program.
Kegiatan kilas balik seperti itu
dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan dengan peserta didik. Dengan
pertemuan tersebut perlu dijelaskan tujuan peetemuan dan manfaat pertemuan.
Manfaat pertemuan perlu dijelaaskan karena untuk memberikan kesadaran pada
peserta didik bahwa pertemuan yang dilakukan diusahakan dengan penuh ketulusan,
semata- mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah.
Selain itu perlu disikapi
pengendalian perilaku guru dalam pertemuan tersebut. Tunjukkan kepada peserta
didik bahwa guru bukan orang yang sempurna atau tidak bebas dari kekurangan dan
kelemahan. Sehingga antara peserta didik diperoleh kesadaran untuk bersama-sama
belajar saling memperbaiki dan saling mengingatkan, yang semuanya itu untuk
kepentingan bersama. Informasi yang diperoleh dari balikan ini merupakan bahan
yang sangat berguna untuk menilai program, dan akhirnya merupakan dasar
melakukan perbaikan program.
Menurut Ahmad Rohani (2010:162) mengemukakan
langkah-langkah implementasi yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan
(Kuratif) sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi peserta
didik yang mendapat kesulitan untuk menerima dan mengikuti tata tertib atau
menerima konsekuensi dan pelanggaran yang dibuatnya
2. Membuat rencana yang diperkirakan
paling tepat tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengadakan
kontrak dengan peserta didik.
3. Menetapkan waktu pertemuan dengan
peserta didik tersebut yang disetujui bersama oleh guru dan peserta didik
yang bersangkutan
4. Bila saatnya pertemuan dengan peserta
didik jelaskanlah maksud diperoleh baik oleh peserta didik maupun oleh sekolah
5. Tunjukkanlah kepada peserta didik
bahwa guru pun bukan orang yang sempurna dan tidak bebas dari kekurangan dan
kelemahan dalam berbagai hal. Akan tetapi yang penting antara guru dan peserta
didik harus ada kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki diri,
saling mengingatkan bagi kepentingan bersama.
6. Bila pertemuan yang diadakan dan ternyata peserta
didik responsif maka guru bisa mengajak peserta didik untuk
melaksankan diskusi tentang masalah yang dihadapinya
7. Pertemuan guru dan peserta didik harus
sampai kepada pemecahan masalah dan sampai kepada “kontak individual” yang
diterima peserta didik dalam rangka memperbaiki tingkah laku peserta didik
tentang pelanggaraan yang dibuatnya.
8. Melakukan kegiatan tindak lanjut.
Contoh kasus tindakan kuratif beserta
penyelesainnya:
1. Seorang
guru menegur dan menasihati siswanya karena ketahuan menyontek pada saat
ulangan bertujuan untuk memberi penyadaran kepada perilaku dan memberi efek
jera.
2. Suka
penyelewengan waktu belajar untuk kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat,
seperti, omong kosong sambil merokok. Akibat konsentrasi pikirannya menjadi
lemah karena kurang tidur atau istirahat, suka melamunkan impian-impian kosong,
kecanduan dan sebagainya.Tindak preventif adalah menjaga
keharmonisan hubungan antar sivitas akademika dengan melibatkannya dalam
kesibukan-kesibukan kecil sampai kesibukan besar yang menghasilkan sukses,
sehingga tidak menimbulkan rasa patah semangat atau kebencian-kebencian kepada
tugas-tugas, khususnya tugas-tugas akademik. Secara tindak kuratif atau
harus dilakukan penyembuhan terhadap pelaku.
3. Suka
membolos atau meninggalkan pelajaran mengakibatkan siswa ketinggalan pelajaran,
atau kehilangan bagian penting dari pelajaran, lebih-lebih bila pelajaran itu
bersifat prerekuisit (misalnya matematika), maka kerugian-kerugian itu akan
semakin menjadi "momok" dari studinya.
Secara preventif :
Dianjurkan kepada para guru agar meningkatkan
profesionalitasnya dalam PBM sehingga pengajaran lebih menarik minat belajar
siswa, baik secara metodologis maupun karena penggunaan multimedia serta alat
peraga yang populer dan inovatif-kreatif. Sesungguhnya bila PBM semakin
menarik, kecenderungan untuk membolos semakin kecil. Sebaliknya PBM yang
membosankan meningkatkan hasrat membolos bagi para siswa.
Secara Kuratif :
a. Dianjurkan
kepada guru agar dapat melakukan deteksi sedini mungkin terhadap kebiasaan
membolos para siswanya, dengan melakukan pendekatan edukatif kepada para
pembolos serta meningkatkan disiplin pengajarannya, disertai introspeksi dan
retrospeksi terhadap cara pengajaran masing-masing.
b. Diskusi
dengan guru-guru mata pelajaran sejenis serta guru-guru senior pakar sangat
diperlukan. Jangan hanya melakukan tindakan sepihak dengan melemparkan
kesalahan kepada siswa selalu, mungkin sistem instruksional guna sendiri yang
perlu direvisi dan ditingkatkan.
c. Strategi
pembuatan soal tes serta sistem evaluasinya perlu ditinjau kembali.
d. Dekatilah
siswa-siswa Anda agar dapat mengungkapkan problema-problema yang perlu
dipecahkan, yang merupakan kendala belajar/PBM.
e. Bersikap
angkuh atau menakutkan atau bersikap "angker" di hadapan siswa
bukanlah merupakan sikap guru yang ideal. Tindak bijaksana secara edukatif
perlu dipelihara demi menciptakan iklim sosioemosional yang positif, dan
tindakan ini bukan merupakan tindak yang menurunkan wibawa guru
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Majid. 2013. Perencanaan
Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Ahmad, Rohani. 2010. Pengelolaan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rachman, Maman. 1997. Manajemen Kelas. Semarang:
Depdikbud Ditjen Dikti.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan.
2012. Manajemen pendidikan. Bandung: Alfabeta

Materinya bagus dan lengkap, sangat membantu
BalasHapusterimakasih
HapusMaterinya bagus, sangat bermanfaat��
BalasHapusterimakasih
Hapusterimakasihh
BalasHapusBagus sekali
BalasHapusterimakasih sangat membantu
BalasHapusArtikelnya bagus
BalasHapus